TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sejarah mencatat bahwa hubungan Indonesia Palestina sejak lama terjalin bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pengakuan kemerdekaan telah dilakukan oleh Syaikh Muhammad Amin al Husaini Mufti Palestina melalui Radio Berlin Jerman 6 September 1944 sehingga secara defacto Palestina adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.
Bisa dipahami bila Presiden Soekarno menyatakan dukungannya kepada Palestina, diantaranya: Pertama, tidak menerima pengakuan diplomatik dari Israel meski menteri Luar Negeri Moshe Sharett telah mengirimkan telegram pengakuan penuh kepada Indonesia. Kedua, bersama Pakistan menolah kehadiran Israel di Konferensi Asia Afrika 1955.
Ketiga, Melarang tim sepak bola Indonesia untuk bertanding melawan tim Israel di ajang piala dunia 1958 Swedia. Keempat, tidak memberikan visa kepada atlit Indonesia ketika Asean Games 1962 di Jakarta. Kelima, Pidato saat ulang tahun kemerdekaan tahun 1962 yang menyatakan “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”
Sikap konsisten ditunjukkan untuk menjalankan amanah Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan “bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan”.
Tentunya ini sangat mewakili hati dan batin bangsa Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Bahkan ulama saat itu seperti almarhum Hadratuissyaikh KH Hasyim Asyari sebagai Rois Akbar Nahdlatul Ulama juga menyatakan dukungannya kepada perjuangan bangsa Palestina dengan menggalang dukungan dana dari puluhan organisasi Islam saat itu secara langsung dan menyerahkan 600 ribu gulden kepada Palestina Fons dan Majelis Rajabiyah pada 23 November 1937
Seakan ini menjadi energi yang terus terisi dayanya terlebih sejak menyatakan kemerdekaannya pada 1947, zionis Israel tidak pernah lepas dari tindakan penyiksaan dan penindasan bahkan pembunuhan jiwa serta penghancuran berbagai properti milik warga Palestina yang sebagian besar adalah kaum muslim. Hingga kini sudah ribuan warga palestina yang kehilangan jiwa, keluarganya bahkan harta benda yang tidak sedikit akibat kekejaman yang dilakukan oleh pasukan zionis Israel.
Oleh sebagian kalangan di dunia itu disebut genosida (pembersihan etnis) sebagaimana yang dulu dilakukan oleh Nazi dan adolf hitler kepada para yahudi yang ada di berbagai negara di eropa. Apakah ini menjadi tindakan balas dendam yang tidak berkesudahan?
Pemerintah Indonesia menggunakan berbagai jalur yang dimiliki untuk bisa membantu tidak hanya jalur diplomatik di berbagai pertemuan, kesepakatan maupun musyawarah. Masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai negara paling welas asih sedunia juga tidak pernah lelah membantu Palestina dengan segala daya upayanya.
Mulai dari pengiriman bahan pangan dan obat-obatan, tenaga medis, pasukan perdamaian, pengadaan ambulance bahkan sampai pembangunan masjid dan rumah sakit yang ada di Gaza Palestina menjadi peluang bagi bangsa ini untuk menyatakan kecintaannya sebagai saudara seiman dan sebagai manusia yang masih memiliki hati nurani yang dilakukan oleh berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak hingga lansia bahkan kegiatan dukungan saat ini juga dilakukan oleh masyarakat non muslim sekalipun.
Seiring dengan waktu, tindakan represif yang dilakukan oleh pemerintah zionis israel pun terus meningkat dan tidak lagi mengindahkan seruan kecaman dari berbagai negara di dunia. Sampai kini mereka dengan leluasa menghancurkan berbagai obyek sipil masyarakat, apartemen, sekolah, masjid bahkan rumah sakit dan membunuh mulai dari anak-anak hingga lansia tak terkecuali orang hamil sekalipun dengan menggunakan senjata modern yang dimiliki termasuk menggunakan bom fosfor yang terlarang digunakan di area sipil.
Besarnya dukungan melalui berbagai aksi unjuk rasa dan sejenisnya membuat bendera Palestina adalah bendera terbanyak yang berkibar di segala tempat di dunia ini. Ironisnya tidak bisa mereka lakukan di negaranya sendiri.
Namun sikap apatisme pemimpin negara besar bahkan di jazirah arab sekalipun yang menyatakan dukungan secara terang-terangan ke zionis Israel kemudian mendasari perlunya aksi bersama yang lebih masif untuk mengakhiri kekerasan yang terjadi di Palestina.
Ketika berbagai perundingan sudah tidak lagi memiliki kekuatan dan tidak diindahkan maka berbagai upaya pun dilakukan untuk menghentikan perang. Berbagai aksi dukungan secara kreatif dilakukan di berbagai tempat (di media sosial, di pertandingan sepakbola, saat konser musik dan lain sebagainya) kemudian ditambah dengan upaya boikot (tidak menggunakan atau mengkonsumsi) terhadap barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan yang mendukung bahkan menyumbang kepada Palestina.
Kalau diawal pembentukan negaranya, Israel banyak disumbang finansial oleh imigran yang sukses dan menjadi pebisnis hebat seperti keluarga Rotschild (pemilik lembaga keuangan besar di eropa), maka kini pemerintah zionis Israel selain dibantu oleh negara sekutunya (Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan anggota Nato lainnya) juga dibantu oleh perusahaan besar multi nasional atau unicorn yang memiliki berbagai lini bisnis dan tersebar di berbagai negara di dunia.
Perusahaan tersebut memiliki pimpinan yang simpati atau bahkan berdarah yahudi, sehingga ketika diminta membantu maka dengan senang hati mengucurkan dananya dalam berbagai kepentingan.
Bisa dimaklumi bila upaya boikot yang sebetulnya sudah lama digaungkan di masyarakat, menjadi pemicu gerakan ekonomi luar biasa diantarnya setelah keluar SK MUI 83 tahun 2023 tentang “Mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel hukumnya wajib dan mendukung Israel dan mendukung produk yang dukung Israel hukumnya haram.”
Ini menjadi dambaan umat sejak lama terlebih ketika banyak upaya untuk menggoyahkan semangat membantu Palestina penyelewengan penyaluran donasi bantuan ke kantong pribadinya, isu negatif bahwa Hamas adalah organisasi teroris, sehingga bila simpati kepada mereka maka dianggap sebagai bagian dari teroris. Termasuk ketika ada kekhawatiran bahwa sumbangan tersebut nantinya tidak bisa ke Palestina karena pintu masuk yang lebih sering ditutup oleh militer Mesir.
Kekhawatiran tersebut pada akhirnya dijawab oleh Pemerintah Indonesia dengan sikap tegas untuk menegakkan aturan tentang ini khususnya kepada pihak yang mencari keuntungan pribadi, serta menyalurkan bantuan kepada pemerintah otoritas palestina dan lembaga kemanusiaan yang ada di Gaza sebagai daerah yang terdampak paling parah kerusakannya.
Tidak ada larangan menyatakan simpati kepada siapapun di dunia ini selama itu untuk kebaikan. Tetapi menjadi masalah ketika simpati tersebut adalah dukungan finansial yang digunakan untuk menjalankan peperangan panjang dengan menghancurkan berbagai sendi kehidupan, inilah rasanya menjadi evaluasi bersama bagi kita.
Terlebih kebanyakan perusahaan yang menyumbang kepada zionis israel, produk-produknya banyak dikonsumsi oleh masyarakat muslim Indonesia sejak lama. Bisa dimaklumi bila kemudian muncul pendapat ulama bahwa bila kita menggunakan produk-produk tersebut, sama dengan kita ikut terlibat membunuh dan menghancurkan bangsa Palestina. Karena keuntungan dari produk yang kita beli dan konsumsi tersebut digunakan untuk membantu zionis israel.
Apakah efektif langkah ini? Sangat efektif bila fatwa MUI secara konsisten diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat muslim di Indonesia. Sebagai gambaran saja Unilever sebagai korporasi dari Belanda yang sejak sebelum kemerdekaan sudah bercokol di Indonesia dengan berbagai produk kebutuhan sehari-harinya, tahun 2022 penjualan bersihnya sejumlah 41,2 Triliyun dengan laba bersih 5,4 Triliyun (17%).
Barangkali perusahaan tersebut di Indonesia tidak secara langsung menyumbangkan ke zionis Israel. Tetapi sebagai perusahaan multinasional yang menjadi bagian dari pusatnya di Belanda, dimana sekian persen dari keuntungan ada yang disetorkan ke perusahaan induk, bisa dimaklumi bila sebagian dari yang disumbangkan pimpinannya ada sebagian dari keuntungan perusahaan di Indonesia.
Belum lagi barang-barang yang dibeli masyarakat dari perusahaan tersebut adalah barang-barang yang juga banyak padanannya dari produsen lokal bahkan yang dimiliki kaum muslimin. Sehingga akan terjadi proses perpindahan merk produk ke barang lokal dengan tidak mengganggu ketersediaan kebutuhannya sama sekali.
Nah hal ini sekaligus akan menjadi gelombang penguatan produk ekonomi lokal yang keuntungannya tidak keluar negeri atau bahkan membantu zionis Israel secara tidak langsung. Dari sini terlihat bahwa Fatwa MUI 83 tahun 2023 sangatlah tepat. Selain dapat menguatkan ekonomi lokal, dalam rentang ekonomi yang agak panjang juga akan memudahkan masyarakat Indonesia menyumbang ke Palestina secara langsung maupun tidak.
Selain faktor ekonomi murni, dampak langsung yang diharapkan adalah masyarakat mulai cerdas dalam membelanjakan uangnya. Tidak semata barang yang halal dan sesuai kebutuhan saja. Tetapi juga yang memiliki dampak panjang bagi kemanusiaan di dunia ini.
Perlakuan zionis Israel yang diperlihatkan terang-terangan di berbagai media menunjukkan kian hilangnya kasih sayang sesama serta terdegradasinya nilai kemanusiaan oleh kebencian mereka kepada bangsa Palestina. Padahal sejarah mencatat, kaum imigran yahudi diterima dengan baik untuk tinggal berdampingan dengan damai di berbagai wilayah Palestina. Tapi sifat tamak dan dengki yang tumbuh subur ditambah dengan perasaan terluka selama sekian generasi telah menjadikan gelap mata dan membabi buta merampas tanah dan tempat tinggal warga Palestina
Sesungguhnya inilah keistimewaan yang diberikan Allah Swt dibalik kondisi yang dialami saudara-saudara kita di Gaza, Palestina. Kebangkitan mereka dengan strategi tempur dan semangat yang tidak kenal lelah, pantang menyerah serta kekuatan, keteguhan dan keikhlasan yang mereka berikan.
Sehingga mampu bertahan hingga kini menjadi inspirasi kita semua untuk bangkit dan bergotong royong membangun Indonesia yang Pancasilais dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, persaudaraan serta kesatuan dalam semangat bhinneka tunggal ika. Sesungguhnya tidak banyak yang mereka harap dari kita dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Merekalah saudara di Palestina yang banyak memberikan kepada kita tentang apa itu manusia dan bagaimana memperlakukannya.
***
*) Oleh : M.R. Warang Aagung, Humas Yayasan Al Uswah Banyuwangi dan Ketua Bidang Ekonomi Halal KAHMI Banyuwangi.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Author: Jason Malone
Last Updated: 1703349003
Views: 1394
Rating: 4.3 / 5 (33 voted)
Reviews: 85% of readers found this page helpful
Name: Jason Malone
Birthday: 1957-03-08
Address: 324 Johnson Ford, Lake John, SD 77389
Phone: +3706264545230189
Job: Orthodontist
Hobby: Origami, Hiking, Drone Flying, Basketball, Meditation, Gardening, Photography
Introduction: My name is Jason Malone, I am a tenacious, frank, enterprising, audacious, accomplished, skilled, fearless person who loves writing and wants to share my knowledge and understanding with you.